Sabtu, 05 September 2009

In Seven Pounds, I Found Love Story

“In seven days, God created the world,
and in seven seconds, I shattered mine.”

In Seven Pounds, I find love story

Tujuh detik kecerobohan, selanjutnya adalah penyesalan dan penebusan. Di film Seven Pounds, Will Smith berakting mengagumkan. Kau tidak akan langsung bisa menebak apa kemauannya? Mengapa dia bertingkah aneh? Marah, membentak, mengumpat, menyebut tujuh nama dengan keras, namun nampak jelas kesedihan dan penyesalan yang teramat dalam dan menyiksanya.


Drama fiksi menawan. Skenario yang membuat kita tergoda untuk menebak, mau dibawa ke mana kita? Petunjuk-petunjuk yang tak beraturan, alur maju mundur yang bertebaran, karakter pemain yang kuat dan cerita yang cerdas membuat kita seperti sedang bermain puzzle. Sedikit demi sedikit tersusun rangkaian cerita. Sedikit demi sedikit kita pahami motif-motifnya. Lalu saat klimaks cerita semua menjadi luar biasa.

Luar biasa menurutku. Berapa detik aku terdiam. Menikmati sensasi yang selalu kurasakan kalau aku terpuaskan oleh bacaan atau film atau pemandangan atau musik atau senyuman. Dan Seven Pounds sangat mengesankan.

Will Smith yang begitu sedih dan murung menjadi agen IRS (pajak US) yang meneliti data orang-orang dan menemui mereka. Namun bukannya bertindak sebagai agen pajak, dia malah bertindak lebih jauh. Dia memberikan perhatian pada orang-orang tersebut. Bahkan dia rela menyumbangkan organ-organ tubuhnya untuk mereka.

Dia menyumbangkan ginjalnya pada George (Bill Smitrovich), livernya untuk Holly (Judyann Elder), dan sum-sum tulang belakannya untuk Nicholas (Quintin Kelley). Orang-orang itu sebenarnya tidak dikenal oleh Will Smith, tapi jelas tindakannya menyelamatkan nyawa mereka. Will Smith baik hati namun mengapa dia tetap murung? Apa tujuannya menolong mereka?

Tidak cukup sampai disitu, dia bahkan mendekati Connie Tepos (Elpidia Carrillo) single mother yang selalu disiksa oleh pacarnya. Will berkata jika Connie ingin lepas dari segala derita dia bisa menghubungi dirinya. Connie yang ketakutan terhadap pacarnya, mulanya menolak. Namun akhirnya dia lari kepada Will. Dan Will memberikan rumah pantainya yang indah kepada Connie.

Sementara Will menginap di losmen suram sendirian berteman dengan ubur-ubur laut. Binatang yang membuatnya terkesan sewaktu kecil. Will bukan orang aneh, bukan pula seorang yang menderita penyakit mental. Dia bisa berbicara lancar dan tegas. Dia tahu apa yang dilakukannya. Pada sahabat baiknya Dan (Barry Pepper), dia menceritakan masalahnya. Sampai terkadang Dan tak tahan menanggung beban yang sudah terlanjur dijanjikannya. Apa yang Dan janjikan pada Will?

Sang adik (Michael Ealy), yang juga mendapat donor satu cuping paru-paru Will juga turut prihatin atas ulah kakaknya. Ternyata pula Will Smith adalah ternyata petugas IRS gadungan. Petugas IRS sesungguhnya adalah adiknya itu.
Will sejatinya bernama Tim, Tim Thomas, insinyur penerbangan yang memiliki masa depan cemerlang. Teka teki yang menarik, mengapa dia bertindak seperti itu? Apa yang dilakukannya di masa lalu hingga akhirnya dia menyesal dan sampai dia bilang “…and in seven seconds, I shattered mine.”

Lebih membuat penasaran apa yang akan dilakukannya? Dia terus mengawasi Ezra Turner (Woody Harrelson), seorang lelaki buta penerima telepon yang kesepian namun memiliki kebaikan hati yang mengagumkan. Lelaki malang ini diawal cerita dibentak-bentak oleh Will Smith, tanpa tahu apa kesalahannya. Namun, ternyata Will tetap mengawasi lelaki itu.

Will tahu bahwa lelaki itu sangat pandai bermain piano dan mencintai seorang wanita namun tak berani mengungkapkannya. Apa yang akan diperbuat Will? Apakah dia juga akan menyumbangkan kornea matanya pada Erza?
Selain Erza, Will juga terus mengawasi Emily Posa (Rosario Dawson). Seorang wanita lajang yang menderita lemah jantung. Ah, wanita ini begitu indah memainkan perannya. Kamu bahkan bisa merasakan betapa lemahnya dia. Tarikan nafasnya, sorot matanya, semangat hidupnya. Emily yang berulang kali pingsan dan tak sadarkan diri membuat Will bersimpati. Pada awalnya mereka dua orang asing yang tak saling kenal. Tim waktu berpura-pura sebagai petugas IRS mengawasinya dari kejauhan, dan melihatnya tergolek lemah tak berdaya dengan berbagai alat pemacu jantung di sekitarnya, lalu mereka menjadi dekat, menjadi sahabat.

Emily menyadari bahwa hidupnya tak lama lagi. Namun dia memiliki senyum dan semangat yang seolah berkata, “Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja.” Dia ajak Will jalan-jalan dengan anjingnya yang besar. Dia ajak Will ke padang rumput yang menenangkan jiwa. Dia ceritakan mimpi-mimpinya. Dia tunjukkan mesin pencetak kartu tua miliknya yang sekarang sudah tidak diproduksi lagi, namun bisa menghasilkan kartu undangan yang cantik. Will semakin bersimpati pada wanita ini.

Ada satu mesin yang terbaik miliknya yang rusak, dan tidak ada yang bisa memperbaikinya. Pada malam harinya Will secara diam-diam memperbaiki mesin itu. Semalaman dia berusaha memperbaikinya. Dan di pagi hari, saat Emily terbangun Will sudah menyelesaikannya. Emily begitu bahagia. Wanita ini mengagumi lelaki itu juga, namun dia juga ketakutan karena dia tidak mengenal siap dia. Mengapa Will begitu baik padanya? Apakah Will mencintainya?

Mengapa Will begitu baik. Apa tujuannya bertindak baik seperti itu? Apa yang dia cari? Apa yang dia mau? Teka-teki yang mencemaskan. Lalu adegan beralih dengan cepat, di saat hujan turun dengan deras, di waktu malam, dia menelepon sahabat baiknya, Ben, dan berkata, “This time.” Dan dia melakukan sesuatu dengan ubur-uburnya. Dia ingin bersatu dengan cintanya. Dengan kekasihnya. Dengan menyelamatkan nyawa tujuh orang sebagai penebus dosanya.

Kadang tindakan kecil kita, kecerobohan kita menyeret kita, mengubah hidup kita untuk selamanya. Will mengalami itu dalam tujuh detik. Dan dia tahu apa yang harus dia lakukan untuk penebusan. Dia tak bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahannya. Maka dia memutuskan untuk mempebaiki masa depan. Bukan masa depannya tapi masa depan tujuh orang yang telah dipilihnya.

Cinta itu juga soal pilihan dan tanggung jawab bukan keterpaksaan. Cinta adalah sikap hati yang menghadap pada kehidupan walau itu berarti pengorbanan.
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar