Rabu, 22 Februari 2012

Origami, Onigiri dan Cinta yang Sederhana



Setelah menyelesaikan penulisan promo Akse tentang kesiapan lulusan Akse berkerja di era global, saya teringat akan origami dan onigiri, dan tentu saja Mika Sensei. Akse, tempatku berkarya ini pernah didatangi seorang wanita muda Jepang bernama Mika Oidaira. Dia datang untuk mengetahui pembelajaran bahasa Jepang di Akse dan mengajari mahasiswa Akse membuat origami dan onigiri.


Seni melipat kertas, origami sudah sangat popular di dunia sekarang ini, banyak orang sudah bisa melipat kertas jadi bentuk burung bangau yang terkenal itu. Namun, ketika melihat langsung cara orang Jepang memperlakukan kertas, melipatnya, dan membentuknya jadi burung bangau, saya mulai sedikit memahami mengapa bangsa Jepang bisa maju.

Saya melihat ketekunan dan kesungguhan ketika Mika sensei melipat kertasnya. Dia berusaha membuat setiap lipatan sempurna, setiap garis sudut yang tercipta tidak sampai melenceng. Walaupun cuma melipat kertas bujur sangkar dan akan membuat burung bangau kecil tapi totalitasnya dapat saya rasakan. Sementara saya yang sudah tahu bagaimana cara membuat burung bangau, bekerja dengan cepat. Saya tidak terlalu memperhatikan detail karena toh ini hasil lipatan tidak dinilai.

Namun ketika kami semua telah selesai, hati kecil sayalah yang menilai. Saya lihat burung bangau hasil lipatan saya, lipatan mahasiswa dan lipatan Mika sensei. Ternyata memang beda hasilnya. Ketidaktelitian dalam melipat dalam detail-detail sederhana ternyata berpengaruh besar dalam hasil akhirnya. Walaupun sama-sama bangau, namun bangau yang saya buat, tidak secantik karya Mika sensei.

Akan tetapi tentu saja semua bersorak gembira, karena semua berhasil membuat origami bangau. Dan, saat itu saya juga bersorak dalam hati, karena saya semakin menyadari bahwa ketekunan dan kesungguhan untuk menyelesaikan tahap-tahap tiap pekerjaan itu bisa membuat suatu perbedaan. Mirip butterfly effect.

Ketika Mika sensei mengajari anak-anak Akse membuat onigiri pada pertemuan berikutnya. Saya melihat sesuatu yang istimewa dari indahnya pembuatan onigiri itu. Betapa sebenarnya kesuksesan negara Jepang itu dibangun atas dasar kasih dan cinta dari tiap-tiap keluarga Jepang. Onigiri merupakan bekal nasi kepal sederhana yang sering dibawa para pelajar dan pekerja Jepang untuk makan siangnya, yang biasanya berisi umeboshi dan berhias nori. Dengan onigiri seorang Ibu bisa mengungkapkan cinta dan doanya pada anaknya. Dengan  onigiri seorang istri mendukung suaminya untuk bekerja giat demi masa depan keluarga. Onigiri memang sederhana, namun makna pemberiannya itu yang istimewa.

Perhatian pada hal yang sederhana, pada pekerjaan yang biasa, pada kebutuhan dasar orang-orang yang ada di dekatnya itu yang saya lihat di balik pembuatan origami dan onigiri bagi orang Jepang. Betapa ketekunan dan ketelitian dalam bekerja senantiasa diutamakan, betapa keintiman dalam keluarga, kasih dan dukungan dinyatakan dalam setiap tindakan, itu yang membuat seseorang menjadi istimewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar