Senin, 23 Januari 2012

Kamu Tidak Akan Berjalan Sendirian

Kamu tidak akan berjalan sendirian. Untuk kebersamaan kita yang pernah ada, untuk persahabatan yang pernah kita tulis bersama, untuk satu rumah cinta yang pernah kita singgahi bersama. Saat ini aku merindukan kalian. Mengenang senyum kalian satu persatu, satu persatu, itu menguatkan diriku bahwa kamu dan diriku tak pernah berjalan sendiran. Tak akan berjalan sendirian.

Note ini kudedikasikan untuk seluruh sahabat yang pernah singgah dan memberi warna pelangi di memoriku.

Terutama anak-anak Pendamping Kelompok Inisiasi Sanata Dharma 2003. Note ini mengisahkan satu bagian kisah hidup kita, kuharap kalian tidak lupa. Jika kamu tidak ikut dalam lingkaran itu, nikmati tulisanku kawan, dan aku sayang dirimu. Bagaimanapun kamu tetap mempunyai peran penting dalam hidupku.

Kisah ini kutulis di Note Pom-pom, itu nama sayang kami untuk Antonina Yunita Dewi Suryantari. Pom-pom yang saat itu baru belajar di US menulis tentang persahabatan, dan aku tertarik mengomentarinya dengan kisah persahabatan di Dampok Insadha '03.

enjoy......

V(^^)V




Pom-pom,

Masih ingat tidak waktu masa-masa pelatihan dampok Insadha '03 dulu? Kita di Hall Kampus Paingan, trus kalian menutup mata dengan saputangan dan mendengarkan lagu instrumen. Kami sebagai koordinator membebaskan kalian berekspresi tanpa takut dilihat teman yang lainnya.

Pertama kalian cuma terdiam, merenung, hening meresapi alunan lagu yang memang pas di senja itu. Lalu beberapa dari kalian mulai bergerak, menari pelan, ada yang berputar-putar ringan. Namun masih banyak yang terdiam, bahkan mulai surut, mendekap kaki dan tertunduk. Satu.... dua... mulai menangis. pelan dan Lirih pada awalnya... ...

Lagu instrumen yang mendayu semakin membuat suasana syadu. Seperti terkena virus, mulai banyak teman-teman yang terisak. Banyak banget. Hampir semua. Apa yang kalian rasakan? Apa yang kalian pernah alami? Beban apa yang kalian simpan selama ini? Kita tidak tahu, sampai hari ini pun tidak tahu, dan biarlah itu jadi salib yg memang harus dipanggul sendiri.


Lalu kami yg menjaga kalian, mulai mendekat dan memeluk kalian satu persatu. Mulai mengandeng tangan kalian supaya menemukan teman yg juga sedang menangis. Mempertemukan kalian, dan membiarkan kalian saling berpelukan. Beberapa membentuk lingkaran kecil. Saling mencari menemukan memeluk. Dalam tangis kita saling menguatkan.

Namun kamu masih ingat tidak Pom? Disaat kalian berpelukan dan menangis itu ada teman kita yang keluar dari Hall. Dia membuka penutup mata dan lari keluar. Aku langsung mengejarnya. ...

Menemukan dia sedang duduk di tangga Hall sebelah timur, teman kita itu marah dan sebal pada acara ini. "Ada apa?" tanyaku. Dia diam, sungguh dia emosi. "Kalian tahu tidak sih, betapa berat aku berusaha menyimpan bebanku, dan sekarang saat aku sudah tenang. Kalian membuatku membuka masalah itu? Kalau kubuka apa kalian sanggup memperbaikinya?"

Kadang kita tahu apa yang kita lakukan, namun apa kita tahu dampak yg bakal terjadi sesudahnya?

Aku diam. Dia diam.





Butuh waktu yg lama untuk dia agar tenang kembali. Aku cuma bisa menatapnya. Terdiam, dingin sekali malam itu. "Semua akan baik-baik saja" bisikku dalam hati untuknya, kuharap tatapan mataku bisa menyampaikannya.

Sementara kalian yg di dalam Hall sudah mulai tenang, mulai menghapus air mata dan entah bagaimana, kalian yg sudah boleh membuka mata kini bisa tersenyum lebar, tertawa lebar. ...
Seperti lampu tua berdebu yg sudah dibersihkan kini nyalanya lebih terang.

Teman kita yg di luar lingkaran mulai agak tenang. Aku tidak ingin mengetahui permasalahan hidupnya di masa lalu jika dia tidak mau menceritakannya. Namun aku ingin (seperti yg kita yakini bersama dalam kebersamaan di Dampok Insadha 2003) dia tahu bahwa dia tidak akan berjalan sendirian.

Maka cuma senyuman yang bisa kuberikan. Seperti yg juga kalian berikan padanya ketika dia masuk kembali ke Hall Paingan. Kita cuma bisa memberikan senyuman dan pelukan.



Jalan salib yang harus kita tempuh ini memang sifatnya personal. Setiap orang harus memikulnya sendiri. Dan untuk setiap pribadi, salibnyalah yang terberat.


Apa yg bisa kita lakukan? Yesus saja dibantu oleh Simon dari Kirene ketika memikul salib ke Kalvari. Bukankah itu penggambaran yang sempurna bahwa kita memang harus saling membantu, menopang dan menguatkan perjalanan salib kita ini. ...


Dengan senyuman dengan pelukan, semoga beban hidup ini akan terasa lebih ringan. Tetap semangat kawan, kamu tidak akan berjalan sendirian.



senyum dan pelukku

V(^^)V

PS: Soridorimori... komenku panjang....




Sekarang,
cengeng ndak kalau aku sekarang bilang aku rindu kebersamaan kita kawan.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar