Kamu tidak akan berjalan sendirian. Untuk kebersamaan kita yang pernah
ada, untuk persahabatan yang pernah kita tulis bersama, untuk satu rumah
cinta yang pernah kita singgahi bersama. Saat ini aku merindukan
kalian. Mengenang senyum kalian satu persatu, satu persatu, itu
menguatkan diriku bahwa kamu dan diriku tak pernah berjalan sendiran.
Tak akan berjalan sendirian.
Note ini kudedikasikan untuk seluruh sahabat yang pernah singgah dan memberi warna pelangi di memoriku.
Terutama
anak-anak Pendamping Kelompok Inisiasi Sanata Dharma 2003. Note ini
mengisahkan satu bagian kisah hidup kita, kuharap kalian tidak lupa.
Jika kamu tidak ikut dalam lingkaran itu, nikmati tulisanku kawan, dan
aku sayang dirimu. Bagaimanapun kamu tetap mempunyai peran penting dalam
hidupku.
Kisah ini kutulis di Note Pom-pom, itu nama sayang kami
untuk Antonina Yunita Dewi Suryantari. Pom-pom yang saat itu baru
belajar di US menulis tentang persahabatan, dan aku tertarik
mengomentarinya dengan kisah persahabatan di Dampok Insadha '03.
enjoy......
V(^^)V
Pom-pom,
Masih
ingat tidak waktu masa-masa pelatihan dampok Insadha '03 dulu? Kita di
Hall Kampus Paingan, trus kalian menutup mata dengan saputangan dan
mendengarkan lagu instrumen. Kami sebagai koordinator membebaskan kalian
berekspresi tanpa takut dilihat teman yang lainnya.
Pertama
kalian cuma terdiam, merenung, hening meresapi alunan lagu yang memang
pas di senja itu. Lalu beberapa dari kalian mulai bergerak, menari
pelan, ada yang berputar-putar ringan. Namun masih banyak yang terdiam,
bahkan mulai surut, mendekap kaki dan tertunduk. Satu.... dua... mulai
menangis. pelan dan Lirih pada awalnya... ...
Lagu instrumen yang
mendayu semakin membuat suasana syadu. Seperti terkena virus, mulai
banyak teman-teman yang terisak. Banyak banget. Hampir semua. Apa yang
kalian rasakan? Apa yang kalian pernah alami? Beban apa yang kalian
simpan selama ini? Kita tidak tahu, sampai hari ini pun tidak tahu, dan
biarlah itu jadi salib yg memang harus dipanggul sendiri.
Lalu
kami yg menjaga kalian, mulai mendekat dan memeluk kalian satu persatu.
Mulai mengandeng tangan kalian supaya menemukan teman yg juga sedang
menangis. Mempertemukan kalian, dan membiarkan kalian saling berpelukan.
Beberapa membentuk lingkaran kecil. Saling mencari menemukan memeluk.
Dalam tangis kita saling menguatkan.
Namun kamu masih ingat tidak
Pom? Disaat kalian berpelukan dan menangis itu ada teman kita yang
keluar dari Hall. Dia membuka penutup mata dan lari keluar. Aku langsung
mengejarnya. ...
Menemukan dia sedang duduk di tangga Hall
sebelah timur, teman kita itu marah dan sebal pada acara ini. "Ada apa?"
tanyaku. Dia diam, sungguh dia emosi. "Kalian tahu tidak sih, betapa
berat aku berusaha menyimpan bebanku, dan sekarang saat aku sudah
tenang. Kalian membuatku membuka masalah itu? Kalau kubuka apa kalian
sanggup memperbaikinya?"
Kadang kita tahu apa yang kita lakukan, namun apa kita tahu dampak yg bakal terjadi sesudahnya?
Aku diam. Dia diam.
Butuh
waktu yg lama untuk dia agar tenang kembali. Aku cuma bisa menatapnya.
Terdiam, dingin sekali malam itu. "Semua akan baik-baik saja" bisikku
dalam hati untuknya, kuharap tatapan mataku bisa menyampaikannya.
Sementara
kalian yg di dalam Hall sudah mulai tenang, mulai menghapus air mata
dan entah bagaimana, kalian yg sudah boleh membuka mata kini bisa
tersenyum lebar, tertawa lebar. ...
Seperti lampu tua berdebu yg sudah dibersihkan kini nyalanya lebih terang.
Teman
kita yg di luar lingkaran mulai agak tenang. Aku tidak ingin mengetahui
permasalahan hidupnya di masa lalu jika dia tidak mau menceritakannya.
Namun aku ingin (seperti yg kita yakini bersama dalam kebersamaan di
Dampok Insadha 2003) dia tahu bahwa dia tidak akan berjalan sendirian.
Maka
cuma senyuman yang bisa kuberikan. Seperti yg juga kalian berikan
padanya ketika dia masuk kembali ke Hall Paingan. Kita cuma bisa
memberikan senyuman dan pelukan.
Jalan salib yang harus
kita tempuh ini memang sifatnya personal. Setiap orang harus memikulnya
sendiri. Dan untuk setiap pribadi, salibnyalah yang terberat.
Apa
yg bisa kita lakukan? Yesus saja dibantu oleh Simon dari Kirene ketika
memikul salib ke Kalvari. Bukankah itu penggambaran yang sempurna bahwa
kita memang harus saling membantu, menopang dan menguatkan perjalanan
salib kita ini. ...
Dengan senyuman dengan pelukan, semoga
beban hidup ini akan terasa lebih ringan. Tetap semangat kawan, kamu
tidak akan berjalan sendirian.
senyum dan pelukku
V(^^)V
PS: Soridorimori... komenku panjang....
Sekarang,
cengeng ndak kalau aku sekarang bilang aku rindu kebersamaan kita kawan.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar